WHO Naikkan Status Varian Covid-19 Eris: Tak Timbulkan Lebih Banyak Ancaman

Avatar
WHO naikkan status varian Covid-19 Eris. (Foto: Freepik.com)

Kalammedia.net – ORGANISASI kesehatan dunia (WHO) saat ini telah mengklarifikasikan strain virus corona EG.5 atau Eris yang beredar di Amerika Serikat dan China menjadi Variant of Interest (VOI).

Varian ini tidak menimbulkan lebih banyak ancaman kesehatan bagi masyarakat jika dibandingkan dengan virus lainnya. Varian virus yang dikenal cepat akan penyebarannya tersebut diperkirakan telah ditemukan pada lebih dari 17 persen kasus.

Varian itu juga menyumbang peningkatan Covid-19 di negara-negara lainnya yang telah terdeteksi seperti China, Korea Selatan, Jepang, dan Kanada.

“Secara kolektif, bukti yang tersedia tidak menunjukkan bahwa EG.5 memiliki risiko kesehatan masyarakat. Relatif sama terhadap garis keturunan Omicron lainnya yang saat ini beredar,” kata WHO, dikutip dalam laman South China Morning Post, Kamis (10/8/2023).

“Selain itu evaluasi yang lebih komprehensif dari risiko yang ditimbulkan oleh EG.5 juga diperlukan,” katanya.

Saat ini Covid-19 juga telah membunuh lebih dari 6,9 juta orang secara global dengan lebih dari 768 juta kasus yang telah terkonfirmasi sejak virus tersebut muncul.

Pemimpin Teknis WHO Covid-19, Maria Van Kerkhove menjelaskan EG.5 memiliki peningkatan penularan yang tinggi tetapi tidak lebih parah dari varian Omicron lainnya.

“Kami tidak mendeteksi perubahan tingkat keparahan EG.5 dibandingkan dengan sublineage Omicron lainnya yang telah beredar sejak akhir 2021,” katanya.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menyesalkan bahwa ternyata masih banyak negara yang tidak melaporkan data Covid-19 kepada WHO. Alhasil dari data yang ada hanya 11 persen data yang hanya melakukan pelaporan rawat inap dan penerimaan ICU terkait dengan virus.

Menurutnya, WHO mengeluarkan serangkaian rekomendasi tetap untuk Covid-19, untuk mendesak agar negara-negara lainnya dapat terus melaporkan data yang ada. Khususnya data kematian, data morbiditas, dan untuk terus menawarkan vaksinasi.

Van Kerkhove juga dmengatakan bahwa tidak adanya data dari banyak negara dapat menghambat upaya untuk melawan virus.

“Sekitar setahun yang lalu, kami berada dalam situasi yang jauh lebih baik untuk mengantisipasi atau bertindak atau menjadi lebih gesit, ”katanya.

“Dan sekarang keterlambatan dalam kemampuan kita untuk melakukan itu semakin meningkat. Dan kemampuan kita untuk melakukan ini menurun,” katanya.

Artikel ini sebelumnya telah tayang di – health.okezone.com (Isk)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *